Jumat, 11 Desember 2009

Turunnya Wahyu Kepada Muhammad

Di dalam Mukadimah Al Qur’an terbitan Departemen Agama, disebutkan bahwa:
Wahyu datang seperti suara lonceng, yaitu gemerincingnya lonceng. Ini dirasakan amat berat oleh Muhammad. Keningnya banyak berkeringat, sekalipun pada musim dingin. Kadang -kadang wahyu datang ketika Muhammad sedang naik unta. Saat wahyu turun nabi seperti menderita demam yang keras, menggigil. Setelah gejala-gejala ini maka keadaannya baru bisa kembali seperti biasa.

Disamping itu semua, hadits-hadits juga menyebutkan sebagai berikut:
a. Ketika wahyu selesai turun, maka nabi bersimbah peluh walaupun hari amat dingin (HSB no.3).
b. Nabi cemas akan dirinya, dan rasa ketakutan.
c. Nabi jatuh ke tanah tak sadarkan diri, dengan ke dua mata melotot menghadap ke langit.
d. Umar bertanya, nabi diam seketika, dan ketika itu wahyu
turun.
Umar memberi isyarat kepada Ya’ala, lalu ia datang mendekat. Lalu nabi diselubungi dengan kain, kepalanya dimasukkan ke dalam selubung itu. Kelihatan muka nabi merah dan beliau seperti mendengkur. (HSB 799).
e. Ketika wahyu terhenti, Muhammad sangat sedih dan cemas akan dirinya. Lalu pergi ke puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini dilakukan berkali-kali, tetapi selalu dihalangi oleh Jibril. (HSB 1846).

Kesimpulan dari dampak wahyu yang diterima Muhammad:
1. Muhammad merasakan adanya deringan dalam telinganya seolah-olah seperti mendengar bel berdering (Hadits I/1, dan IV/438).
2. Jantungnya berdegup dengan cepat. (Hadits I/3).
3. Wajahnya menjadi merah. (Hadits II, pasal 16, hal 354; V/618; VI/508).
4. Nafasnya sangat berat. (Hadits VI/508).
5. Dia tiba-tiba terjatuh atau terbaring. (Hadits II, pasal 16, halm 354; IV/461, “Saya jatuh ke tanah”; V/170, “Dia jatuh tak sadarkan diri di tanah dengan ke dua mata melotot menghadap ke langit”; VI/448, “Saya jatuh ke tanah.”)
6. Dia akan minta diselimuti badannya. (Hadits I/3; II pasal 16, halm 354; III/17; IV/461, “Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata, “Selimuti saya! (dengan) selimut, selimuti saya!” Kemudian Allah mengirimkan wahyunya: “Wahai engkau yang terbungkus selimut!” (Hadis V/170, “Dia jatuh tak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata (terbuka) menghadap ke langit. Ketika dia sadar, dia berkata, “Kain sarung saya! Kain sarung saya!” (Hadits IV/447, 448, 468, 481).
7. Bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah. (Hadits, I/4).
8. Dia mendengar dan melihat sesuatu yang orang lain tidak dengar dan tidak lihat. (Hadits I/2,3; IV/458, 461; III/829; IV/95; V/462).
9. Dia akan berkeringat banyak sekali. (Hadits I/2; II/544; III/829; IV/95; V/462).
10. Dia kadang-kadang mendengkur seperti onta. (Hadits II, ps 16, halm 354; III/17).
11. Dia kadang-kadang bermimpi. (Hadits I/3; V/659; VI/478).
[Di Hadits lain; ketika kedatangan wahyu, Muhammad tercatat mengalami stress dengan mulut berbuih dan mata tertutup. Lalu sesekali mendengus seperti anak unta (Ahmad bin Hanbal I/34, 464; VI/163). Abu Huraira berkata bahwa nabi mendapat sakit di bagian kepala. Dan Ibnu Hisham dalam Al-Sirah al-Nabawiya berkata bahwa nabi biasa berlaku seperti orang mabok ketika wahyu datang kepadanya dan lain-lain.]
“Dia pernah kena sihir, sehingga beliau mengkhayalkan mengerjakan sesuatu, padahal beliau tidak mengerjakannya.” (HSB 1414).

Dampak negatif demikian tak pernah dialami oleh nabi-nabi manapun, tetapi Khadijah meyakinkan Muhammad bahwa Muhammad telah diangkat menjadi nabi dan ruh yang datang kepada Muhammad adalah ruh Jibril, dan itu sudah teruji. Uji yang dimaksud adalah uji yang berkonotasi seks yang dilakukan oleh Khadijah terhadap Ruh Jibril.

Ibn Hisham menulis demikian:
Khadijah bertanya kepada Muhammad: “Apakah engkau dapat mengatakan kepadaku tatkala kawan yang mengunjungimu (ruh Jibril) itu datang?”
Muhammad menjawab: “Ya”. Ketika dia datang, Muhammad memberitahukan kepada Khadijah. Khadijah berkata lagi: Apakah engkau melihatnya sekarang?” Muhammad menjawab: “Ya.” Dia mengatakan berbaliklah dan duduk di paha sebelah kananku. Muhammad pun melakukannya. Dia mengatakan kepadanya: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Muhammad menjawab: “Ya.” Khadijah kecewa dan membuka hijabnya dan melemparkannya ke bawah, saat Muhammad sedang duduk di pangkuannya, Khadijah berkata kepada Muhammad: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Dan Muhammad menjawab: “Tidak.” Khadijah berseru kepadanya: “Yakin dan bersuka-citalah, demi Allah, dia adalah malaikat dan bukan setan, karena setan tidak akan malu (dan menghilang jika wanita membuka baju), tidak seperti malaikat.” (The Life of the Prophet by Ibn Hisham, hal 174).

Hal yang sama juga telah ditulis dalam banyak referensi Islam:
Lihat The Beginning and the End oleh Simail Ibn Kathir, vol.III, hal.15; Sirat Al-Maghzai, oleh Ibn Ishaq, hal.133; Rawd Al-Unuf oleh Ibn Hisham, hal.271-272; The Life of Muhammad oleh Dr Haikal (1982), hal.152; dan Al-Isabafi tamyiz al-Sababa (Finding the Truth in Judging the Muhammad’s Companions) oleh Ibn Hajar Asqalani (1372-1449), vol.IV, hal.273.

Dengan demikian “Kenabian” Muhammad tidak pernah dibuktikan oleh siapapun kecuali oleh isterinya, Khadijah, dengan cara-caranya pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar