Jumat, 11 Desember 2009

Muhammad Mulai Berkotbah

Muhammad pun mulai berkhotbah. Mula-mula kepada penduduk Mekah, isi khotbahnya adalah pernyataan bahwa Muhammad adalah seorang rasul, pemberi peringatan dari Tuhan. Kemudian diserukan agar masyarakat Mekah membuang semua dewa-dewa yang lain kecuali Allah. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, siapapun diharapkan untuk menghormatinya, mencintainya, menaatinya dan bahkan takut padanya. Tidak ada tuhan selainnya, selain Allah!

Muhammad sadar akan pengaruh khotbah, dia percaya bahwa dalam kemahiran berkhotbah terdapat kekuatan sihir. (Sunan Abu Dawud; Book 41, Number 4994). Artinya beberapa orang yang tadinya tidak mau melakukan sesuatu tetapi karena pengaruh khotbah yang hebat, maka kemudian orang-orang itu mau melakukannya. Dalam Hadits yang lain dia berkata: “Aku telah diberi kunci-kunci khotbah yang berpengaruh dan diberi kemenangan melalui teror” (Shahih Bukhari Vol.9 Book 87, Number 127).

Masyarakat Arabia adalah penganut politeisme. Monoteisme yang diserukan Muhammad mendapat penolakan dan penentangan dari masyarakat penduduk Mekah. Tigabelas tahun telah berlalu dan Muhammad hanya mendapatkan pengikut sekitar 80 orang. Khadijah adalah pengikut pertama Muhammad, kemudian pengikutnya bertambah dengan sosok Abu Bakar, Utsman dan Umar. Selain dari mereka, pengikut Muhammad yang lain adalah budak-budak milik orang kaya Quraish dan beberapa pemuda yang tidak punya pengaruh. Setelah membuat jengkel masyarakat Mekah selama bertahun-tahun dengan mengejek agama dan dewa-dewa mereka maka masyarakat Mekah akhirnya tidak mau berhubungan dengan dia maupun pengikutnya, termasuk hubungan dagang.

Ayat-ayat setan.
Sikap memusuhi dan boikot ekonomi mengakibatkan banyak kesusahan pada kaum Muslim awal sehingga Muhammad memerintahkan mereka pindah ke Abyssinia. Akhirnya untuk menyenangkan hati masyarakat Mekah, Muhammad terpaksa berkompromi, bahkan memberi konsesi.

Ibn Sa’d menulis: “Suatu hari Nabi berada dikumpulan orang-orang di Ka’bah dan membacakan bagi mereka Sura an Najm (Sura 53). Ketika sampai di ayat 19-20 yang tertulis: “Apakah kau telah mempertimbangkan Lat dan Uzza dan Manat, ketiga yang lain?”, maka setan menaruh kedua ayat-ayat itu di mulut sang Nabi: “Mereka adalah pengantara-pengantara yang ditinggikan, yang syafaatnya diharapkan.” (Tabaqat Volume 1, page 191). Kata-kata ini menyenangkan hati masyarakat Quraish dan mereka segera menghentikan boikot ekonomi dan permusuhan. Kabar ini terdengar oleh para Muslim Abyssinia yang dengan senang balik ke Mekah.

Tak lama kemudian Muhammad sadar bahwa mengakui putri-putri Allah sebagai dewi-dewi telah merusak kedudukannya sendiri sebagai satu-satunya perantara bagi Allah dan manusia, dan membuat agamanya tidak beda dengan agama pagan dan karenanya agamanya menjadi tak berguna. Maka diapun menarik kembali kedua ayat yang mengakui putri-putri Allah, dan menyebutnya sebagai ayat-ayat yang diinspirasikan oleh setan.

Setelah itu dia meralatnya dengan:
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang) musyrik menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Al Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (Qur’an 53:19-22). Artinya betapa beraninya kamu menyebut Tuhan punya anak-anak perempuan, sedangkan kau sendiri bangga punya anak-anak laki-laki? Ya, kaum perempuan memang dianggap bodoh oleh Islam dan karenanya tidak layak bagi Allah untuk punya anak-anak perempuan. Memang ini benar-benar tidak adil.

Tetapi atas kejadian ini sejumlah pengikut Muhammad me-ninggalkan Islam, untuk mendapatkan kembali kepercayaan pengikutnya buru-buru Muhammad mengeluarkan ayat sebagai berikut Qur’an Al Hajj 22:52-53, demi membenarkan dirinya ditengah-tengah semua nabi-nabi lainnya.

52 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
53 agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.

Dari mana Muhammad dapat mengatakan bahwa semua nabi juga telah dimasuki ayat-ayat setan seperti dirinya? Beberapa pengikutnya sadar Muhammad mengarang Al Qur’an sesuai situasi dan kondisi yang diinginkan dirinya, sehingga mereka meninggalkannya. Para penyembah berhala di kota Mekah mengejek bahwa Allahnya Muhammad tidak konsisten dan selalu berubah-ubah pikirannya. Inilah kisah munculnya “ayat-ayat setan” yang sangat menghe-bohkan tatkala Islam masih lemah.

Walaupun kini disembunyikan, literatur mengenai ayat-ayat setan ini sesungguhnya banyak sekali sehingga bila dibukukan bisa merupakan buku yang sangat tebal. Ini bukan bikinan musuh-musuh Islam seperti yang sering dituduhkan (misalnya terhadap Salman Rushdy), melainkan dihimpun oleh tokoh-tokoh Muslim sendiri yang terkenal seperti al-Tabari, Ibn Ishak, Waqidi, Ibn Sa’d dll.

Muhammad kemudian bertobat tetapi tanpa minta ampun kepada Allah atas dosanya dan kembali menyembah satu-satunya Allah Swt.Karena ejekan-ejekan masyarakat Mekah kepada Muhammad, dia kemudian meninggalkan Mekah menuju Ta-if. Tetapi di Ta-if tidak ada orang yang mau masuk Islam, sehingga Muhammad memutuskan untuk kembali ke Mekah. Dalam perjalanan kembali ke Mekah, menurut Al Qur’an surat 46:29-35, 72:1-28, Muhammad berkhotbah di hadapan para jin dan mereka bertobat dan masuk Islam. Menurut Al Qur’an para jin tersebut kemudian berkhotbah tentang Islam kepada manusia. Jadi roh-roh jin laki-laki dan perempuan yang mendiami pohon-pohon, batu-batu karang dalam sungai dan kolam di jazirah Arab sekarang masuk Islam dan berada di bawah kekuasaan Muhammad (Guillaume, Islam, pp 37-38). Inilah bentuk klasik shamanisme yang kini di klaim oleh Muhammad sebagai penguasa atas roh-roh jin yang ada di bumi.(Shamanisme adalah suatu paham keagamaan yang mempercayai roh-roh sakti yang dapat dikuasai oleh para dukun, santet atau penyihir).

Setibanya Muhammad di Mekah tetap saja masyarakat Mekah tidak menggubris ajakan Muhammad untuk masuk Islam. Masyarakat Mekah sama seperti kebanyakan non-Muslim, mereka adalah polytheis yang umumnya toleran terhadap agama lain. Pluralitas agama-agama dikenal di jaman itu dan tidak ada penindasan dengan alasan agama. Maka penduduk Mekah merasa tersinggung ketika Muhammad menghina dewa-dewa mereka, sedangkan sejak semula mereka tidak melukai Muhammad.


Ayat-ayat Makiyah.

Pada waktu Islam masih lemah, mereka menyuarakan ayat-ayat yang lembut sekali, mengembik manis seperti domba.
Ayat-ayat yang dikeluarkan di Mekah waktu Islam masih lemah disebut ayat-ayat Makiyah yang dijuluki sebagai ayat-ayat merpati, contohnya:
* “Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku” (Qs 109:6).

* Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (Qs 73:10).

* Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu. (Qs 20:130)

* Kami (Allah) lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qs 50:45)

* Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (Qs 7:199)

* maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (Qs 15:85)

* Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS 45:14)

* Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (Qs 29:45).

Mereka – para Muslim awal ini – malahan merangkul orang-orang Nasrani dengan ayat-ayat pujian Allah:
Dan sesungguhnya akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya terhadap orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani” (Qur’an, Surat 5:82).
Seakan-akan Islam adalah agama yang penuh kasih sayang, amat bertoleransi dan cinta damai terhadap pemeluk-pemeluk agama non Islam.

Ayat-ayat Madaniyah.

Tetapi cepat atau lambat, begitu jumlah pemeluk Islam mulai berkembang maka suara merekapun menggelegar seperti gerombolan srigala. Ketika Muhammad hijrah ke Medinah dan mendapati kekuasaan yang makin besar, maka tidak terdengar lagi embikan domba, kecuali untuk bersiasat sesaat. Segera tampak mereka tidak dapat menyembunyikan sifat asli dari Islam, maka keluarlah ayat-ayat Madaniyah yang keras yang disebut juga ayat-ayat pedang, ditujukan kepada orang-orang yang dianggap kafir, contohnya:

* Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu. (Qs 9:123).

* Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs 3:85)

* bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka. (Qs 9:5).

* Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. (Qs 2:191)

* Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (Qs 9:193)

* Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Qs 9:14)

* Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa .. (Qs 9:66)

* Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. (Qs 9:28).

* Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (Qs 9:29)

* Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka. (Qs 47:4).

Terhadap orang Nasrani (Kristen) yang dahulu dirangkulnya kini mereka berbalik mengeluarkan ayat-ayat yang berlawanan atau ber-kontradiksi, padahal kontradiksi dalam Qur’an dianggap sebagai bukti bahwa itu bukan wahyu (Qs 4:82). Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (Qs 9:30 kontradiksi dengan Qs 5:82).

Atas dasar ayat Madaniyah yang kontradiktif itulah maka orang Kristen tiba-tiba menjadi orang kafir. Malahan orang kafir dicap sebagai binatang yang paling jahat.

“Sesungguhnya sejahat-jahat binatang disisi Allah ialah orang-orang kafir”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. Maka bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah-lah yang membunuh mereka." (Qur’an Surat 8:12,17).

Bukan terhadap orang-orang Kristen saja diberlakukan perintah untuk dibunuh, tetapi juga kepada orang-orang non Muslim yang beragama lain.

Dimanapun engkau berjumpa dengan orang-orang yang tidak beriman/orang kafir bunuhlah mereka, karena barangsiapa membunuh mereka, kepadanya akan diberikan pahala pada hari kiamat/kemudian. (HSB IX /4).

Ayat yang menyatakan “tidak ada paksaan dalam beragama Islam” (Qs 2:256) hanya berumur pendek, karena harus digantikan. Mereka yang kafir akan diperangi, dikucilkan, atau dipaksa masuk Islam atau hilang nyawa.

Demikian juga “jika seorang Muslim meninggalkan Islam dan masuk ke agama lain, bunuhlah mereka” (HSB IX/57). Era teror mulai diberlakukan Islam. Darah seorang Muslim juga dibedakan dengan darah non Muslim/kafir, sementara darah seorang Muslim yang membunuh non Muslim itu dihalalkan, namun seorang Muslim tidak akan dijatuhi hukuman mati ketika mereka membunuh orang nom Muslim (HSB IX/50, HSB IV/196, I/25,35).

Lihat Mahasiswa Kristen Doulos di Cipayung Jakarta yang dibunuh oleh Muslim, dan siswi-siswi Kristen di Poso dll, tidak ada Muslim yang dihukum mati karena pembunuhan-pembunuhan itu. Malahan Tibo dkk yang Katolik dan belum tuntas persoalannya dieksekusi dengan hukum mati.
Kekerasan dalam Islam sungguh telah dicirikan sendiri oleh Muhammad yang berkata: “Ketahuilah bahwa firdaus terletak di bawah bayang-bayang pedang” (HSB IV/73).
Semuanya ini menjadikan Islam berkultur teror dalam arti kata apa adanya!!

Sekalipun ada sebagian Muslim yang percaya bahwa kata-kata dan ketentuan Allah itu bersifat tetap dan kekal (Surat 6:34; 10:64; 33:62 dst), namun Islam menganut pula doktrin “nasakh dan mansukh” dimana ayat yang satu bisa dibatalkan dan diganti dengan ayat baru yang lain. Surat 2:106 memberi Allah dan Muhammad untuk menggonta-gantikan kalimatNya. Nah, ayat-ayat yang keras tersebut di atas adalah ayat-ayat Madaniyah yang dikeluarkan Muhammad waktu dia sudah mempunyai tentara (angkatan perang) di Medinah. Dan ayat-ayat inilah yang menggantikan/nasakh ayat-ayat lemah (Makiyah) yang dikeluar-kan Muhammad waktu ada di Mekah yaitu waktu Islam masih lemah.
Dengan demikian ayat-ayat yang lembut (Makiyah) sudah tidak berlaku lagi, karena yang berlaku adalah ayat-ayat keras.
Ini menjadikan Islam bermuka dua.


TOLERANSI AGAMA

Waktu peristiwa-peristiwa teror/pembunuhan seperti WTC 9-11-2001, bom Bali dll terjadi, maka komentar sebagian ulama-ulama Islam adalah Islam itu tidak begitu, Islam itu agama yang toleran, penuh kasih sayang, tidak ada kekerasan, lalu dibacakan ayat-ayat Makiyah tersebut. Tetapi disisi lain banyak orang-orang Islam dari Timur Tengah sampai Indonesia menari-nari atas penghancuran itu, dan dari masjid-masjid dibacakan ayat-ayat Madaniyah yang membenarkan peristiwa-peristiwa teror tersebut.

Muhammad bukanlah orang pertama yang mengaku sebagai nabi, beberapa orang yang lain juga mengaku diri nabi dan mereka adalah saingannya.
Yang paling terkenal adalah Musailama, dia berhasil diterima oleh masyarakat sedangkan seorang wanita yang lain bernama Sijah juga mengaku sebagai nabi dan diapun punya banyak pengikut.
Kedua nabi ini mengajarkan monotheisme. Berlawanan dengan anggapan orang jalanan, sebelum masa Islam mendominasi Arabia, wanita-wanita justru lebih punya hak dan lebih dihormati dari pada jaman setelah Islam. Tidak satupun nabi-nabi yang mengembangkan agama dengan memakai kekerasan, menindas atau merampok orang lain. Mereka tidak menaklukkan daerah-daerah baru dengan perang atau mendirikan kerajaan, mereka hanya ingin berkhotbah dan mengajak umat menyembah Tuhan. Nabi-nabi yang lain tidak bermusuhan satu sama lain untuk mendapatkan pengaruh, hanya Muhammad-lah satu-satunya nabi yang gemar mengobarkan perang dan menjarah atas nama Allah.

Sebenarnya orang-orang Quraish sangat bertoleransi dengan segala macam agama apa saja. Ka’bah Mekah dengan 360 dewa di sekelilingnya adalah saksi atas penyembah-penyembah dari agama mana saja.
Kaum tua-tua Quraish merasa jengkel dan muak dengan hinaan-hinaan Muhammad lalu melaporkan hal itu kepada Abu Talib pamannya yang sudah tua dan berkata: “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata-kata hinaan terhadap dewa-dewa dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak kami silahkan balas dia (karena kaupun mengalami hinaan yang sama) atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya”. (Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol.2, Ch.5. p. 162).

Ini bukan ucapan orang-orang yang suka menindas, ini hanya sebuah permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa-dewa mereka. Itulah asal muasal perseteruan Muhammad dengan kaum Quraish, dan bukan yang diputar balik-kan seolah mereka yang mulai memusuhi dan menganiaya Muhammad.
Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Para Muslim ini langsung mengamuk dan membakar sampai di tempat-tempat yang jauh seperti Nigeria dan Turki, dan yang terbunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah terhadap pembuatan kartun-kartun itu. Tetapi sebaliknya, masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan-hinaan terhadap dewa-dewa mereka selama tigabelas tahun!!


HIJRAH

Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan suami, Khadijah tidak sempat mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia (65 tahun), keluarganya jadi miskin. Setelah Khadijah meninggal pada 620 M, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal. Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan masyarakat Mekah, maka Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medinah.

Pada tahun 623 M dalam usia 53 tahun Muhammad melakukan perjanjian dengan dua suku terkuat di Medinah sebagai pelindungnya. Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah duluan, dengan sendirinya mereka yang tinggal di Mekah tidak suka akan hal ini khususnya majikan-majikan dari budak yang memeluk Muslim tidak merasa suka. Beberapa budak Muslim yang mencoba melarikan diri ditangkap dan dipukuli oleh majikannya yang mempertahankan hak milik atas budaknya.
Contohnya ketika seorang Muslim kulit hitam bernama Bilal ditangkap oleh majikannya yang bernama Umaiyah, iapun memukulinya dan merantainya. Abu Bakar lalu membeli Bilal dan memerdekakannya.
[Ibn Sa’d mengatakan Bilal mati sebagai martir, tetapi kenyataannya Bilal kembali ke Mekah saat kota ditaklukkan Muhammad. Bilal mengumandangkan azan di atap Ka’bah, dia meninggal secara alamiah].
Tetapi jangan salah, Muhammad tidak menentang perbudakan. Di kemudian hari setelah dia berkuasa, dia justru memaksa ribuan orang merdeka kafir untuk diperbudak.

Meski Muhammad menjadi orang yang dibenci oleh masyarakatnya sendiri yaitu masyarakat Quraish, namun Muhammad dan pengikutnya tidak diperangi dan dianiaya gara-gara ajaran Islam itu sendiri.
Kaum politheis kebanyakan tidak peduli agama orang lain karena mereka cenderung pluralistik. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di Arabia bermula dari Islam saja.
Tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad dan Muslim di Mekah kecuali kekerasan kecil yang diprovokasi oleh Muhammad sendiri, seperti kasus Muhammad dicekik oleh Uqba, kemudian dilepas. Ini yang dikatakan oleh Ibn Ishaq sebagai perlakuan terjelek yang dilakukan Quraish terhadap Muhammad selama 13 tahun. (Ibn Ishaq, halaman 184).

Meski demikian Muslim tetap menuduh begitu hanya karena itu adalah strategi defensif dengan alasan bahwa Muhammad yang mengatakannya! Muslim memang tidak ragu dengan apa yang dikatakan Muhammad, dan itu semata-mata karena tidak berani kritis melihat dan menelusuri sejarah. Tidak percaya? Mari kita simak satu contoh kasus dimana Allah sendiri yang menjadi saksi bahwa Muhammad yang memulai gara-gara terhadap orang-orang Mekah yang dimusuhinya:

Abu Jahl menemui rasul dan berkata: “Demi Allah, Muhammad, engkau berhenti mengutuki ilah-ilah kami, atau kami yang akan mengutuki Tuhan yang kalian sembah.” Maka turunlah ayat Qur’an kepada Muhammad surat 6:108, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”
Tampak bahwa Muhammad-lah yang memulai penistaan agama kaum Quraish secara melewati batas sehingga ia ditegur oleh Allah sendiri!

Beberapa pengikut Muhammad ragu-ragu untuk meninggalkan Mekah sehingga Muhammad mengancam mereka, jika mereka tidak mau pergi, maka mereka akan menjadi penghuni neraka. (Qur’an Surat 4:97).
Suatu malam (623 M) Muhammad mengaku Allah memberi tahukannya bahwa musuh-musuhnya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu minta kawan setianya Abu Bakar untuk menemaninya diam-diam ke Medinah. Ayat berikut ini mengisahkan kejadian tersebut.
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Qs 8:30).
Tampaknya Allah menduga-duga apa yang akan direncanakan orang-orang Mekah, sepertinya ini hasil dari kecurigaan dan perasaan was-was Muhammad saja.

Hijrahnya Muhammad ke Medinah merupakan tahun pertama kalender Islam (tahun Hijria).
Masyarakat Arab Medinah lebih dapat menerima Muhammad, bukan karena ajarannya tetapi karena mereka bersaing dengan masyarakat Yahudi yang lebih kaya dan terpelajar dibandingkan masyarakat Arab.
Sebagian besar tanah-tanah di Medinah dimiliki orang-orang Yahudi. Kota Medinah adalah kota Yahudi.
Kitab Al-Aghani (Puisi-puisi beberapa jilid yang dikumpulkan oleh Abu al Faraj Ali dari Esfahan, kumpulan puisi dari literatur Arab tertua mulai dari abad ke-9 M. Ini merupakan sumber keterangan penting tentang masyarakat Islam kuno) mencatat penduduk Yahudi pertama di Medinah datang pada jaman Musa.
Akan tetapi dalam buku abad 10 berjudul Futuh al-Buldan (Penaklukan Kota-kota), Al Baladhuri menulis bahwa perpindahan penduduk Yahudi ke dua terjadi pada tahun 587 SM, ketika raja Babilon Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem dan mengusir kaum Yahudi sehingga tersebar dimana-mana.

Di Medinah kaum Yahudi hidup sebagai pedagang, ahli emas, ahli besi, ahli seni, petani sedangkan kaum Arab adalah pedagang kecilan, kuli dan pekerja yang bekerja bagi kaum Yahudi. Kaum Arab ini datang ke Medinah sekitar tahun 450 atau 451 SM karena terjadi banjir besar di Yaman yang memaksa suku-suku Arab yang tinggal didaerah Sab mengungsi ke daerah lain di Arabia sebagai pengungsi.
Orang-orang Muslim Mekah yang tadinya memiliki relasi dan pekerjaan di Mekah disuruh Muhammad meninggalkan rumah mereka dan pindah ke Medinah. Muhammad menjanjikan ini:
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka didunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (Qs 16:41).

Orang-orang Muslim yang hijrah ke Medinah tidak punya pencaharian, mereka jadi miskin dan tergantung belas kasihan orang-orang Medinah untuk bisa hidup. Jadi bagaimana Muhammad memenuhi janjinya untuk memberi “tempat yang bagus” pada mereka yang meninggalkan rumah mereka karena perintahnya? Muhammad nyaris kehilangan wibawanya, beberapa pengikut bahkan meninggalkannya. Reaksi Muhammad adalah ayat ancaman baru:
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong. (Qs 4:89).

Arti dari ayat diatas adalah larangan untuk berteman dengan penduduk Mekah dan mengatakan pada pengikutnya untuk membunuh “Muslim-Muslim” lain yang meninggalkan jalan Allah dan yang berniat kembali ke Mekah.
Semua ini dilakukan Muhammad agar orang-orang Muslim itu dijauhkan dari keluarga dan teman-temannya sehingga dia bisa mengendalikan dan mencuci otak mereka dengan lebih mudah.

Meskipun telah mengeluarkan ayat-ayat penuh ancaman bagi mereka yang berniat meninggalkannya, Muhammad harus menemukan jalan untuk menafkahi pengikut-pengikutnya. Tidak ada cara lain! Dia lalu memerintahkan mereka untuk merampok kafilah-kafilah pedagang Mekah dengan alasan karena masyarakat Mekah telah mengusir mereka keluar dari rumah mereka, karena itu sudah menjadi hak mereka untuk merampok orang-orang Mekah tersebut.

Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh golongan penceroboh), karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Amat Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai kemenangan).
yaitu mereka yang diusir dari kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir) semata-mata karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah …. (Qs. 22:39-40).

Dia juga mengeluarkan banyak ayat-ayat Qur’an yang membujuk dan mengobarkan pengikutnya untuk memerangi non-Muslim.
Wahai Nabi, perangsangkanlah orang-orang yang beriman itu untuk berperang. Jika ada diantara kamu dua puluh yang sabar, niscaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari pihak musuh yang kafir itu) dan jika ada diantara kamu seratus orang, niscaya mereka dapat menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir, disebabkan mereka (yang kafir itu) orang-orang yang tidak mengerti. (Qs. 8:65).

Sebagai akibatnya, banyak kejahatan-kejahatan yang dilakukan kaum Muslim selama berabad-abad berasal-usul dari ayat-ayat ini.
Muhammad menghalalkan serangan-serangan ini melalui cara yang kita kenal saat ini sebagai pihak yang jadi korban (yang dizalimi), sama persis seperti yang dilakukan Muslim masa kini. Dia mengaku non-Muslim telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap mereka. Pada kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki kafilah-kafilah Mekah demi “menafkahkan” para pengikutnya yang perlu dihidupi. Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan perintahnya, Muhammad pun memerintahkan mereka membunuhi para pedagang Quraish pula.
Kebohongan Muhammad jelas-jelas tampak. Di satu ayat, Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah ke Medinah dan mengancam mereka yang tidak ingin ikut itu dengan ancam-an pembunuhan dan neraka. Tapi di ayat-ayat lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab dan mereka jadi korban “yang diperangi”.
Simak kata kiasan Arab berikut: ”Darabani, wa baka; sabaqani, wa’shtaka” artinya “Dia memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang padaku dan menuduhku memukulnya!”

Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi/siasat Muhammad, para pengikutnya saat ini juga melakukan siasat seperti itu: menuduh pihak lain menzalimi Muslim, menuduh kafir menghina Islam, tak ada habisnya.
Dan siasat Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat anak laki-laki berperang melawan ayah-ayah mereka, mengadu domba saudara kandung lawan saudara kandung, menghancurkan persatuan suku dan mencerai-beraikan masyarakat.
Muhammad mengaku sebagai korban, tapi sebenarnya dialah sendiri yang mulai memusuhi, menindas dan menjarah. Islamist (untuk lebih menentang dan bisa dipercaya Muslim, dipakai istilah ini) pun melakukan hal yang sama, dimana-mana Muslimlah yang membunuh karena Allahnya, tetapi mereka sendiri yang menjerit paling keras dan mengaku sebagai korban dan pihak yang dilecehkan dan ditindas. Bukankah Qur’an yang pertama-tama memusuhi non-Muslim? Adakah Taurat dan Injil memusuhi Muslim?

Di Medinah pendatang Muslim dari Mekah hanya beberapa puluh orang saja. Agar berhasil dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan Muslim dari Medinah yang disebut sebagai Ansar (pembantu). Mereka diiming-iming dengan janji Allah dan jarahan perang yang menggiurkan.
Mulanya orang-orang Medinah memeluk Islam bukan dengan tujuan untuk merampok dan berperang, sebab sebelum Muhammad datang, orang-orang Arab tidak mengenal agama perang. Tetapi Muhammad dengan pidato-pidatonya yang menyihir mampu membangkitkan nafsu dasar keserakahan manusia.


JIHAD

Untuk membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allah mengeluarkan perintah ini:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs 2:216).

Disamping memerintahkan Muslim menyerang orang-orang tak berdosa dan merampoki mereka, beberapa ayat-ayat Al Qur’an juga menjanjikan hadiah di dunia dan akhirat.
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya. (Qs 48:20).
Untuk mematikan hati nurani pengikutnya dari rasa berdosa dan bersalah, Muhammad membuat Allah menghalalkannya:
“Nikmatilah apa yang kamu ambil dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik.” (Qs 8:69).

Karena Allah tidak perlu barang-barang curian atau hasil perampokan dari sekelompok orang-orang Arab, maka semua harta-harta rampasan perang harus masuk kepada wakilnya sang utusan Allah.
Karena tidak ada seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah maupun Jibril, semua kepatuhan harus dilimpahkan kepada utusannya yaitu Muhammad.
Dialah yang harus ditakuti karena dia satu-satunya perantara antara Allah dan manusia.

Allah sangat diperlukan Muhammad untuk mendominasi manusia, tanpa percaya dan takut kepada Allah dan Muhammad, para pengikutnya tak akan mau mengorbankan nyawa mereka, membunuh orang termasuk keluarga mereka sendiri, menjarah orang, memberikan semuanya kepada Allah melalui Muhammad.

Muhammad berkhotbah tentang dosa shirik larangan memper-sekutukan Allah, tetapi dalam kenyataannya dia bersekutu dengan Allah dengan cara yang membuat ke duanya secara logika dan praktek tak bisa dipisahkan.
Muhammad mengungkapkan dengan jelas rasa pentingnya diri, kebesaran dan kemutlakan Muhammad disamping Allah.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan baginya.” (Qs 33:56).

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah DAN Rasul-Nya, menguatkan-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (Qs 48:9).

Muhammad bahkan menjejerkan dirinya bersama Allah dalam Kalimat Shahadat: “Tiada Tuhan selain Allah DAN Muhammad adalah Rasul Allah”. Dan sekaligus membakukan dirinya sebagai Wakil Allah yang mutlak, sampai kepada wakil-wakil yang Muhammad tunjuki secara berantai: “Barangsiapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah, dan barangsiapa mengingkari aku, ia mengingkari Allah. Dan barangsiapa taat kepada pemimpin yang kutunjuki, ia taat kepadaku, dan barangsiapa mengingkarinya, iapun mengingkari aku” (Bukhari vol.9, buku 89, no.251).

Muhammad begitu terkesan dengan dirinya sehingga dia menoreh kalimat-kalimat berikut kedalam mulut Allah:
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung.” (Qs 68:4). Dan
“untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Qs 33:46).
“ketetapan Allah DAN Muhammad adalah final.” (Qs 33:36).

Sebaliknya Muhammad sesukanya mengklaim tentang ras dirinya:
“Diantara semua bangsa didunia Tuhan memilih bangsa Arab. Dari antara bangsa Arab Dia memilih Kinana. Dari Kinana Dia memilih suku Quraishi (yaitu sukunya Muhammad). Dari suku Quraishi Dia memilih bani Hashim (klannya). Dan dari bani Hashim Dia memilih aku.”
(Tabaqat, vol.1. p.2).

Dalam hadits Muhammad juga mengklaim untuk dirinya:
 Hal pertama yang dibuat Allah Maha Kuasa adalah jiwaku.
 Pertama dan segala hal, Allah menciptakan jiwaku.
 Aku dari Allah, dan orang-orang percaya adalah dariku.
 Seperti Allah menciptakanku agung, Dia juga memberiku karakter agung.
 Kalau bukan karena kau, O Muhammad, Aku tidak akan menciptakan jagat raya.
(http://www.muhammadanreality.com/creationofmuhamadanreality.htm).

Amir Timur Lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405) adalah seorang yang kejam yang menjadi kaisar melalui tindakan-tindakan banditnya. Dalam otobiografinya yang berjudul: Sejarah Perangku Melawan India (The history of my expedition against India), dia terus terang menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam, dan dengan me-lakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang-barang duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan harta kafir; menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat.
(Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Timur-i-lang dalam History of India as told by its own Historians).

Tak lama kemudian usaha Sang Nabi mulai berbuah. Terdorong godaan dan keserakahan ingin mendapat harta jarahan dan janji-janji hadiah surgawi, maka Muslim Medinah bergabung melakukan perampokan dan penjarahan di jalan Allah.
Setelah tentara Muhammad bertambah banyak dan ambisinya semakin membengkak dia tidak hanya memerintahkan pengikutnya berperang baginya “di jalan Allah” tetapi harus bayar biaya perang sekalian.

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan “perbuatan baik” dengan menjarah, meneror dan membunuh.
Dengan memutar balikkan moralitas seperti inilah maka Muslim dapat mengesampingkan nurani mereka dan menganut etika terbalik dalam memperlakukan non-Muslim, yang harus terus dimanfaatkan demi keuntungan Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan “Islam” dianggap baik. Muhammad membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan perang dan tindakan terorisme dalam Islam merupakan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.


ZAKAT

Saat ini para Muslim yang tidak sanggup berperang di jalan Allah akan menggantinya dengan menyumbangkan zakat.
Zakat ini tidak diprioritaskan untuk membangun rumah sakit, panti asuhan yatim piatu, sekolah atau rumah jompo.
Sebaliknya zakat ini lebih dipergunakan untuk mengembangkan Islam, membangun mesjid, madrasah, pondok pesantren, melatih para teroris, membeli bom, alat-alat senjata, kaderisasi dan membiayai jihad. Kalaupun ada badan-badan sosial Islam membantu kaum miskin itu umumnya untuk tujuan politis semata.
Contohnya: Uang mengalir ke Amerika untuk melatih teroris menerbangkan pesawat untuk ditabrakkan ke menara kembar WTC 9-11-2001.
Banyaknya jumlah uang yang dibayarkan pemerintah Iran kepada Hezbollah di Lebanon dan bukannya dipakai untuk mensejahterakan rakyat Iran, padahal rakyat Iran sekarang ini banyak yang miskin, mereka beruntung kalau bisa kerja dan hidup dengan gaji tak lebih dari $ 100/bulan.
Akhirnya Lebanon yang tadinya merupakan daerah pariwisata yang tentram menjadi porak poranda selama puluhan tahun, tujuannya supaya Islam menguasai Lebanon yang mayoritas rakyatnya beragama Kristen dan mengobarkan kebencian dan perang terhadap Israel.

Dana zakat dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia dipakai untuk membiayai teror-teror di Indonesia. Bagi tokoh-tokoh Laskar Jihad diberi gaji tidak kurang dari Rp 3 juta per bulan, untuk memenggal kepala-kepala kafir di Ambon, Poso dan kegiatan-kegiatan lain yang meresahkan masyarakat.
(KH. Abdurrachman Wahid: ILUSI NEGARA ISLAM: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, hal.89).

Jika orang-orang Muslim tidak cukup menyumbang bagi usaha militernya, Muhammad dengan keras menegur mereka:
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang menguasai (mempunyai) langit dan bumi? (Qs 57:10).
Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim bagi usaha militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Allah, dan menjanjikan “bunga illahi” bagi uang mereka:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (Qs 57:11).
Untuk mempermanis perjanjian utang piutang ini, Allah memberikan janji-janji akan ada berbagai barang yang indah dan kepuasan seksual tak terbatas di surga, sambil tak lupa memperingatkan bahaya hukuman bagi mereka yang pelit menyumbang usaha militernya.

Dengan cara ini dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allah seolah berhutang pada mereka karena telah membantu Muhammad dalam perang-perang dan perampokannya.
Meskipun Muhammad membuat Allah berkata pada pengikutnya betapa besar upah Muslim yang menyumbang usaha militernya, tetapi dia tidak mau pengikutnya bangga terhadap sumbangan dan pengorbanan mereka.
Berkorban adalah keberuntungan, pengikutnyalah yang harus berterima kasih padanya karena diberi kesempatan melayaninya dan bukan sebaliknya.
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan) si penerima, maka mereka itulah yang memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan memerintahkan mereka untuk menebas leher-leher kafir, Muhammad meyakinkan pengikutnya bahwa hal itu adalah bagian dari ujian Allah dan “perbuatan-perbuatan baik” mereka yang tidak akan dilupakan pahalanya.
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (Qs 47:4).

Jadi lihatlah, betapa dari ayat ini dapat disimpulkan hal-hal berikut:
- Allah dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim tetapi Dia justru ingin Muslim melakukannya sendiri demi menguji kesetiaan iman mereka.
- Tanpa sadar Muhammad menggambarkan secara implisit bahwa Allahnya adalah pemimpin agung perampok, yang ingin menguji kesetiaan orang-orangnya dengan menyuruh mereka membunuh dan memeras para sanderanya.
- Dalam Islam, iman Muslim yang paling final, diuji dari niat dan kesiapan mereka untuk membunuh hingga terbunuh demi Allah!

Maka kataNya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs 8:60).

Banyak ayat-ayat serupa seperti di atas dan semuanya menjelaskan mengapa demikian banyak badan/ organisasi Islam mengumpulkan zakat untuk membiayai terorisme dan perang.
Dalam sebuah laporan yang diumumkan oleh Pengadilan Pemerintah di Virginia tanggal 19-8-2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim menyumbang $ 3,7 juta kepada BMI, Inc. yang adalah perusahaan investasi Islam swasta di New Jersey yang menyalurkan uang kepada kelompok-kelompok teroris. Uang itu berasal dari sumbangan $ 10 juta dari berbagai donatur tanpa nama di Jeddah Arab Saudi.
(http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563).

Juga pada tanggal 27-7-2004 Departemen Pengadilan Amerika Serikat mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim terbesar dalam negeri Amerika dan tujuh tokoh-tokoh utama dituduh menyalurkan uang $ 12,4 juta selama enam tahun kepada gerakan perlawanan Islam Hamas, kelompok Palestina yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Amerika.
(http://www.washingtonpost.com/wp-dym/articles/A18257-2004Jul27.html).

Sengaja atau tidak, fungsi zakat bagi Muslim banyak “terseleweng” untuk membiayai jihad, menyebarkan Islam keras, mendirikan pondok-pondok pesantren khusus, tempat-tempat pelatihan terorisme, membeli senjata-senjata, merakit bom dll, sebagian kecil saja zakat diberikan untuk orang-orang miskin, itupun sering terkait untuk politik. Bila ada bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, negara-negara Islam tidak begitu tertarik untuk menyumbang besar-besaran, hanya kecil sekali kontribusinya, dan sering terlambat dibandingkan negara-negara “kafir” yang dimusuhinya.

3 komentar:

  1. Waah luar biasa ya fitnahnya ... smoga Allah memberi hidayh untuk admin

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus